Langsung ke konten utama

((Adulting #1)) You by youself







Sehari terasa satu jam, seminggu terasa sehari, sebulan terasa seminggu, dan setahun serasa sebulan. Tak terasa, umur saya sudah memasuki tahun ke dua puluh. Dan selama waktu itu, apa yang telah saya lakukan untuk dunia? Atau bahkan untuk diri saya sendiri?

Setelah masuk kuliah, banyak hal yang mata saya lihat.
Tentang betapa kerasnya hidup, dan betapa besarnya ketidakpastian kalkulasi manusia. Saya menyaksikan orang-orang berubah, some are good changes, some are not. Saya menyaksikan bagaimana teman-teman yang dulunya tertawa bersama, sekarang sendiri-sendiri berjuang menyelamatkan hidupnya.

Memasuki tahun ke duapuluh dalam hidup saya, banyak yang saya syukuri, banyak yang saya sesali. Semua hal tersebut membuat saya mencapai state of mind dimana saya sekarang. Ini adalah hal-hal yang saya sadari dan saya coba untuk ubah dalam hidup saya.

Nobody’s Gonna Help Me Anymore.
Tiada lagi orang yang akan membantu saya.

Selama ini saya hidup dalam zona nyaman, saya kira dunia dapat berputar semau yang saya inginkan. Ada orang tua yang akan selalu menopang saya dari belakang. Ada adik-adik saya yang akan membantu saya. Apapun masalahnya, akan ada backingan dari segala arah.

Sekarang saya sadar, saya akan terjun ke masyarakat yang sebenarnya, sendirian. Bunda dan ayah yang saya sangat cintai tidak akan selalu ada bersama saya nantinya, mereka pantas mendapatkan hari tua yang tenang dan membahagiakan. Adik-adik saya akan tumbuh dewasa, mereka pantas mengejar mimpi dan cita-citanya masing-masing. Saya akhirnya akan sendirian. Saya sadari itu.

Mulai dari sekarang, saya harus berfikir dua, tiga, empat, lima langkah kedepan bagaimana cara menghadapi suatu masalah sendiri. Saya kondisikan seakan-akan tak ada yang dapat membantu saya.

Sebagai contoh,

Dulu saya selalu hidup berfoya-foya. Menghabiskan uang jajan sebanyak-banyaknya, karena saya tau saya bisa memintanya lagi pada orang tua saya.
Saya dulu juga selalu malas dan mengeluh membersihkan rumah. Saya bisa alihkan pekerjaan tersebut kepada pembantu saya.

Tapi syukurnya, pikiran saya sekarang tidaklah sependek itu.
Saya sekarang selaly membayangkan diri saya sedang mengambil gelar master jauh di negeri Eropa, karena itulah mimpi saya.
Saya sendirian di sana.
Hidup saya setiap bulannya bergantung pada uang beasiswa tersebut.

Pertanyaannya,
Jika uang hidup dari beasiswa habis di bulan itu, kepada siapa saya memintanya lagi?
Jika apartemen saya di sana nantinya kotor, siapa yang akan membersihkannya untuk saya?
Jawabannya tidak ada.
Tidak ada lagi yang dapat mengurusi saya di sana.

Saya menyesal dulu memperlakukan diri saya seperti seorang putri disaat kenyataannya hidup itu susah. Hidup enak tidak butuh belajar, tapi hidup susah belum tentu semua bisa.

Saya menyesal kenapa dulu saya hidup berfoya-foya.
Saya menyesal kenapa dulu saya malas membersihkan rumah.

Mentalitas itulah yang harus saya buang jauh-jauh jika ingin sukses.

Belajar susah.
Belajar susah.
Belajar susah.

Jika saya sudah dewasa, saya harus belajar susah.

Dan saya menyesal mengapa tidak dari dulu saya belajar susah.
Saya menyesal mengapa saya tidak mau mengerjakan pekerjaan yang nantinya akan membuat saya kuat.

Pelajaran pertama untuk menjadi dewasa.
Penyesalan bagi dia yang selalu mendapatkan kemudahan.

Adulting #1


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Motivational Story!! by ardelia-putri.blogspot.com: Menuju Ilmu Komunikasi UI (Part 2/2)

Lanjutin part sebelumnya ya! Sekarang gue pengen ngasih tau gimana ceritanya setelah gue tau apa yang gue mau: Ilmu Komunikasi UI. Gue gak sadar kalo ternyata ibarat novel, saat ini dan kedepanlah yang menjadi inti ceritanya. Sementara part sebelumnya, yang bagi gue udah cukup dipenuhi segala baper dan patah hati *wedee*, ternyata cuman seperti prequel. Saat liburan kenaikan kelas 3, sama seperti anak-anak lainnya gue daftar bimbel. Ada 2 bimbel yang gue paling sering denger diomongin orang-orang: Inten dan BTA (ga sama sekali berarti bimbel diluar itu jelek, semua bimbel punya nilai plus minusnya masing-masing. Tergantung muridnya sendiri mau memanfaatkan segala sarana yang udah ada atau ngga.) Dan ga jauh dari SMA 28, kedua bimbel itu ada dengan jarak yang berdekatan. Maka dari itu, suatu hari minggu gue dan nyokap pergi kesana untuk liat dan nanya-nanya. Kita datengin inten lebih dulu, karena lebih sesuai arah. Pas baru dateng,  buset , gue pikir. Tempatnya sereeem bener. Waktu itu

SNMPTN Undangan: Universitas Indonesia - Ilmu Hubungan Internasional (Part 2: Mitos SNMPTN and questions answered)

SNMPTN to HI-UI Alhamdulillahirobbil'alamiin, segala pujian tercurah pada Rabb Mahacinta Allah SWT, Karena ini bukan cerita tentang perjuangan dan usaha saya, Ini bukan cerita tentang betapa kerasnya belajar saya, Tapi betapa Mahasayangnya Allah kepada butiran jas-jus macam saya ini yang diberinya sepasang sayap untuk terbang meraih mimpi HERE WE GO 1. Kak, kak, kalo mau undangan nilai sama rankingnya harus naik terus ya? 2. Kak, kak, kalo mau undangan harus punya banyak sertifikat ya? 3. Kak, kak, kalo mau undangan ke HI-UI harus bisa bahasa Inggris ya? 4. Kak, kak, kakak mau masuk HI pasti mau jadi diplomat? 5. Kak, kak, kakak daftar PPKB UI gak? 1. Dek, dek, jujur aja nilai dan ranking aku fluktuatif.  Nilai yang diambil untuk diseleksi masuk kuota SNMPTN adalah rata-rata semua mata pelajaran dari semester tiga sampai semester lima, yang diranking sejumlah angkatan. Jadi: jumlah  x̄ smst  3 +  x̄ smst 4  +  x̄ smst 5  dibagi 3 terus dirank

How to Organize: your Binder

Assalamualaikum Warohmatullah, Kali ini saya akan bagi-bagi tips lagi tentang hal yang berhubungan dengan dunia pendidikan dan persekolahan yang alhamdulillah sudah saya rasakan manfaatnya tersendiri, dan saya ingin orang lain juga bisa merasakan manfaat yang sama Yaitu... Bagaimana cara saya mengorganisir (menata) binder saya Walau selama kelas 10 dan 11 saya pakai buku tulis biasa, Kelas 12 ini saya memutuskan pakai binder, Alasan saya yang pertama , biar bisa disusun sesuai kebutuhan kita Yang kedua , biar praktis , karena semua catatan ada di satu tempat, ga berceceran Yang ketiga , skeptis saya yang berfikir "Kalau pake binder kertasnya, tipis, saya kan sukanya pake pulpen gel, nanti tembus" ternyata terbantahkan . Asal beli kertasnya yang merk lumayan lah macam Kenko, ga akan nembus. Jadi saya memutuskan pakai binder tahun ini. And alhamdulillah everything is going so well:) Awalnya saya kesulitan mencatat di binder, Tadinya cara saya nulis, saya bagi 2