Langsung ke konten utama

SNMPTN Undangan: Universitas Indonesia - Ilmu Hubungan Internasional (Part 2: Mitos SNMPTN and questions answered)

SNMPTN to HI-UI

Alhamdulillahirobbil'alamiin, segala pujian tercurah pada Rabb Mahacinta Allah SWT,
Karena ini bukan cerita tentang perjuangan dan usaha saya,
Ini bukan cerita tentang betapa kerasnya belajar saya,
Tapi betapa Mahasayangnya Allah kepada butiran jas-jus macam saya ini yang diberinya sepasang sayap untuk terbang meraih mimpi

HERE WE GO


1. Kak, kak, kalo mau undangan nilai sama rankingnya harus naik terus ya?
2. Kak, kak, kalo mau undangan harus punya banyak sertifikat ya?
3. Kak, kak, kalo mau undangan ke HI-UI harus bisa bahasa Inggris ya?
4. Kak, kak, kakak mau masuk HI pasti mau jadi diplomat?
5. Kak, kak, kakak daftar PPKB UI gak?

1. Dek, dek, jujur aja nilai dan ranking aku fluktuatif. 

Nilai yang diambil untuk diseleksi masuk kuota SNMPTN adalah rata-rata semua mata pelajaran dari semester tiga sampai semester lima, yang diranking sejumlah angkatan.
Jadi: jumlah x̄ smst 3 + x̄ smst 4 + x̄ smst 5 dibagi 3 terus diranking deh.

Kemarin SMAN 28 Jakarta dapet kuota 75%, jadi dari 71 anak, peringkat 1-54 pararel IPS yang dapet kuota.

NAAAH,
kalo udah dapet kuota undangan,
nilai yang diambil untuk diseleksi sama panitia SNMPTN undangan adalah jumlah nilai enam mata pelajaran UN (B.Indo, Geo, Mtk, Sos, Geo, B.Inggris, Eko) dari semester satu sampai lima yang dirata-ratakan. Lebih baik di ranking biar kamu tau posisi kamu diantara lawan-lawan kamu.

Terus nanti kan ketauan tuh posisi kamu berapa pararel dari semester 1-5,
Kemarin posisi aku ada di 6 pararel. Lawan aku ada dua, dua-duanya di sekitar belasan pararel. Tapi jangan salah, selisih nilai kami cuman 0,sekian ga nyampe satu poin. Gimana waktu itu gue nggak stress coba. Ih minder bgt deh, lawan-lawan gue ini anak pinter semua, apalagi yang satunya nilai englishnya selalu tinggi  jauh dari aku. Aku yakin bgt kalo HI ngeutamain ngeliat nilai english, you know how nerveous I was.

2. Dek, dek, aku cuman ngelampirin satu sertifikat OSIS doang.

Sebenernya ini rada oon, padahal aku punya banyak sertifikat pelatihan dan coaching dan LUPA dilampirin. Aku punya sertifikat pelatihan Integrasi Etnis Nusantara dari Diknas, sertifikat coaching SEFT semacam energy-psychology training, dll.

Lawanku sendiri punya sertifikat juara English Debate dari tingkat DKI sampai Internasional. Itu yang temen-temenku selalu ngingetin aku, rada ngecilin hati aku sih tapi aku bismillah aja Allah Mahatahu.

Tapi ternyata sertifikat ga berpengaruh banget.Jadi katanya, sertifikat itu baru berpengaruh kalau ada dua orang yang nilainya sama, nah, kalo kejadian kayak gitu, baru tuh, banyak-banyakan sertifikat.
Jadi hal utama tetap nilai....
Walau gue percaya hal paling utama ya doa orang tua, terutama nyokap.

3. Ga cuman HI yang require english, kalau mau masuk UI sepertinya harus bisa english deh. Textbooknya aja pake english kan.

4. Ini nih.... ini nih...
"Sasqia mau masuk mana?"
"HI, tante, om, kakek, nenek, paman, bibi, oma, opa"
"Ohh mau jadi dubes ya?"
"Nggaaaaaak" THIS HAPPENS LITERALLY HUNDRED TIMES

Saya mau masuk HI bukan karena mau jadi diplomat.
Saya mau jadi dosen.
Saya masuk HI karena saya suka sejarah, poitik, art & culture, dan bahasa.
Kenapa saya mau jadi dosen? Karena saya tetap mau ngurus suami dan anak-anak saya kelak. Saya tidak mau jadi dubes karena menurut saya pekerjaan itu akan membuat keluarga saya kelak kurang terurus, dan saya tidak mau disetarakan sebagai laki-laki. Saya mau dimuliakan sebagai perempuan dimana surga berada di telapak kaki saya kelak. Saya hanya mau ilmu saya dibagi-bagikan biar berkah sampe di kuburan nanti.

5. Aku ga daftar PPKB UI.
Kenapa? Alasannya personal bgt kok.
1. Mahal.
2. Saya anak pertama, saya ga mau orang tua saya harus dibebani sejumlah uang pangkal pada anak pertamanya yang harusnya menjadi pembuka gerbang untuk adik-adiknya.



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Motivational Story!! by ardelia-putri.blogspot.com: Menuju Ilmu Komunikasi UI (Part 2/2)

Lanjutin part sebelumnya ya! Sekarang gue pengen ngasih tau gimana ceritanya setelah gue tau apa yang gue mau: Ilmu Komunikasi UI. Gue gak sadar kalo ternyata ibarat novel, saat ini dan kedepanlah yang menjadi inti ceritanya. Sementara part sebelumnya, yang bagi gue udah cukup dipenuhi segala baper dan patah hati *wedee*, ternyata cuman seperti prequel. Saat liburan kenaikan kelas 3, sama seperti anak-anak lainnya gue daftar bimbel. Ada 2 bimbel yang gue paling sering denger diomongin orang-orang: Inten dan BTA (ga sama sekali berarti bimbel diluar itu jelek, semua bimbel punya nilai plus minusnya masing-masing. Tergantung muridnya sendiri mau memanfaatkan segala sarana yang udah ada atau ngga.) Dan ga jauh dari SMA 28, kedua bimbel itu ada dengan jarak yang berdekatan. Maka dari itu, suatu hari minggu gue dan nyokap pergi kesana untuk liat dan nanya-nanya. Kita datengin inten lebih dulu, karena lebih sesuai arah. Pas baru dateng,  buset , gue pikir. Tempatnya sereeem bener. Waktu itu

How to Organize: your Binder

Assalamualaikum Warohmatullah, Kali ini saya akan bagi-bagi tips lagi tentang hal yang berhubungan dengan dunia pendidikan dan persekolahan yang alhamdulillah sudah saya rasakan manfaatnya tersendiri, dan saya ingin orang lain juga bisa merasakan manfaat yang sama Yaitu... Bagaimana cara saya mengorganisir (menata) binder saya Walau selama kelas 10 dan 11 saya pakai buku tulis biasa, Kelas 12 ini saya memutuskan pakai binder, Alasan saya yang pertama , biar bisa disusun sesuai kebutuhan kita Yang kedua , biar praktis , karena semua catatan ada di satu tempat, ga berceceran Yang ketiga , skeptis saya yang berfikir "Kalau pake binder kertasnya, tipis, saya kan sukanya pake pulpen gel, nanti tembus" ternyata terbantahkan . Asal beli kertasnya yang merk lumayan lah macam Kenko, ga akan nembus. Jadi saya memutuskan pakai binder tahun ini. And alhamdulillah everything is going so well:) Awalnya saya kesulitan mencatat di binder, Tadinya cara saya nulis, saya bagi 2