Langsung ke konten utama

Rangkuman Kehidupan Perkuliahanku: Pada akhirnya, anak HI ini mau jadi konsultan




Assalamualaikum Wr. Wb.




Salam, Semesta!
Udah lama aku gak nulis di blog ini, hampir setahun bahkan ya, padahal blog ini dulunya temen aku berjuang masuk HI UI.

Alhamdulillah here I am di HI UI sudah memasuki semester terakhir. Hidupku benar-benar diberkahi Allah di sini. Aku bermimpi, aku jatuh, aku bangun, aku kalah, aku jatuh, aku bangun, aku menang, aku terbang, aku menangis, aku tertawa, saat aku berhenti sejenak, aku sudah ribuan kilometer lebih jauh dari titik pertama kali aku memutuskan untuk bermimpi.

Tulisan ini akan menjadi pengingat buat aku betapa Allah baik dan sayang sama aku, walau sudah seluas gunung dan sedalam samudera dosa-dosa ini.

Let's recap my whole semester di HI UI.

FIRST YEAR

Semester satu dan dua tempatnya aku mencari jati diri. Pada waktu ini aku mencari jati diri dalam beberapa aspek: Aku pengen orang ngeliat aku kayak gimana dan aku tuh pengen masuk komunitas apa? Gaya berpakaian yang aku banget itu apa? Apa mimpi-mimpi aku di sini?

Untuk menjawab pertanyaan pertama, or to set a standard of my social standing, I was at a stage of mencari "basecamp" (as I said so). Ahhh, lucu juga mengingat kebodphan masa lalu, kerjanya begayaan aja bolak-balik ke starbuck to show my social standard. I was still trying to settle on what kind of people I should be with. Saat itu aku belum menyadari bahwa aku tidak cukup jago dalam hal pertemanan, so I pushed my self to blend in.

Masuk pertanyaan kedua, yes, I tried so much to build my style. Ke kampus udah kayak fashion show setiap hari ada ada aja yang aku pake, but thanks for that now I think I'm settling myself. Okay, part ini sebenernya gak terlalu penting but it built me somehow.

Menjawab pertanyaan ketiga memang yang paling emosional. Karena pada tahap ini I truly felt like a loser. Aku gak tau kenapa, yang aku tau aku: 1. Tidak memberikan value kepada diri aku sendiri. 2. Tidak memberikan value kepada orang-orang di sekitar aku. Kenapa ya saat itu aku menolak untuk menerima bahwa memang aku orangnya ambisius? Saat itu kata ambisius memang banyak didemonisasi, seakan-akan orang yang ambisius ini buruk. Padahal orang yang ambisius itu selalu ingin membuat dirinya lebih baik, ya asalkan dilakukan dengan cara yang tidak menjatuhkan orang. Balik ke cerita, saat itu aku tau aku iri sama orang-orang yang ikutan Model United Nations (MUN). I just think that they were so cool. Tapi aku terlalu minder sama diri aku sendiri sampai akhirnya aku memilih untuk menyetujui mereka yang bilang 1. Anak MUN terlalu ambisius, 2. MUN itu sendiri cuman boongan jadi gak menciptakan dampak yang bener.
Ini adalah sebuah lingkaran setan. Aku iri sama mereka. Tapi aku tau aku gak mampu. Makanya aku ikut-ikutan sinis sama mereka. Alhamdulillah aku sadar bahwa ini gak sehat, gak sehat secara mental buat aku. Aku akhirnya mengakui bahwa, I WANT TO BE LIKE THEM, I WANT TO BE ONE OF THEM. 

SECOND YEAR

Di semester tiga hidup aku mulai berubah. Aku tau apa yang aku pengenin, aku pengen jadi anak MUN, dan berangkat ke Eropa sebagai salah satu delegasi UI, namanya The European International Model United Nations. So I set my heart that aku mau jadi delegasi TEIMUN. But first thing first, aku harus jadi anggota UI MUN Club dulu. Okay aku belajar, aku tes, alhamdulillah lolos. Segala macem acara yang mereka punya aku ikut walaupun cuman jadi pages (kayak orang yang nganter-nganterin surat kecil dari satu delegates ke delegates lain).
Nah, karena TEIMUN ini salah satu yang terakhir seleksinya, jadi aku ikut semua simulasi yang diadain sebelumnya, aku inget ada seleksi buat delegasi WorldMUN dan EuroMUN. Gak cuman itu, aku pernah ikut MUN 2 kali dalam seminggu. Satu di Jakarta dan satu di Semarang. Lomba yang di Indonesia kalah, dan yang di semarang juara 4. Lumayan lah ya. (Btw off topic, gue ke Semarang waktu itu juga punya agenda lain, yaitu mengejar cinta yang tak jelas dengan seorang high school sweetheart, agak geli ya, but I ended up meeting him and ended up ending my quest for him).
Omg, how I really worked so heart for this, aku bener-bener kerja keras. Bayangin aja aku ofisial jadi anggota MUN bulan juli, bulan oktobernya aku udah dua kali seimulasi dan dua kali lomba, satunya ke Semarang pula. Goal nya cuman satu, aku mau TEIMUN.
Okay saat seleksi TEIMUN ini beneran mulai, I was so ready. Aku bener-bener siap, and I did very well (in my opinion). Aku mencapai indikator-indikator dari apa yang harus dipenuhi seorang MUN-er untuk menang, aku selalu maju speech, aku mimpin blok terbesar, aku presentasi DR, what else? I set my heart deeply on this, I did well, other people said that I did well, and what is the result?
I failed.
Aku gak masuk jadi salah satu delegasi mereka. Oh, my life was crashed.
Gak banyak orang yang tau betapa aku nangis gara-gara ini. Nangis banget-banget. It affected me psychologically. But, subhanallah ya, selama masa-masa kesedihan aku ini aku sering banget mengulang-ulang mimpi yang sama.

Aku mimpi pengeeen banget naik ke suatu tempat yang tinggi. Visualisasinya seperti tempat bambu-bambu yang kayak kalo kita mau naik flying fox. Aku pengeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeen bgt naik, tapi di saat yang bersamaan aku tau itu gak stabil dan gak aman. Tapi aku maksa, aku naik, dan sampai di atas, aku ketakutan. Bambu-bambu itu gak stabil dan bener-bener mau jatuh. Satu perasaan yang muncul saat aku udah naik di atas, aku nyesel. Aku nyesel karena ini bahaya, dan aku gak bisa turun dengan selamat, ini gak baik buat aku, dan aku berpikir seandainya aku tetep di bawah. Mimpi itu kadang diakhiri dengan aku jatuh tapi selamat dan berjanji ga mau naik lagi, atau aku di atas aja terperangkap.

Yup, itu mimpi yang hampir setiap malam berulang. Awalnya aku diemin aja. Paling cuman kembang tidur. Tapi lama-lama aku yakin ini adalah sebuah jawaban. Memang kan ya, mimpi itu salah satu kenabian yang Rasulullah SAW masih tinggalkan kepada ummatnya. Dan bismillah, aku menginterpretasikan mimpi aku itu kayak TEIMUN, aku pengen banget ke sana, tapi pada akhirnya itu gak baik buat aku dan aku akan menyesal. Gak tau bakal gimana kedepannya, but I have to trust Allah (spoler alert: I was right).

Dari keikhlasan itulah aku mencoba sebuah delegasi terakhir yang diseleksi. SMUN, atau Singapore Model United Nations. Awalnya aku kayak males, masa ke Singapur doang. Tapi yaAllah, bless everyone there, it was a great decisions I have ever made, it was one of my dearest memories in my university life.

Sebagai konteks, I was having hard time. Aku habis "putus" sama dua pihak: Pertama, sama mantan pacar aku yang aku harap gak pernah masuk ke dalam hidup aku (omg, how did I end up with him saat kita bener-bener GAK COCOK dgn satu sama lain?? I dated because of peer pressure of having a boyfriend HOW D.U.M.B and I wish I never met this guy). Kedua, aku habis "putus" sama my at-that-time circle (or geng as one can say). I was socially down, I feelt very desperate, dan aku harus bilang, SMUN lah salah satu hal yang menyembuhkan itu semua karena dua hal: Pertama, di sana aku menemukan "keluarga" dari temen-temen SMUN yang sampai saat ini aku sayangin banget-banget: Ichsan, Vita, Abdur, Joce, Alya, Aghi, Lyon, Andrew, Caroline. Kedua, aku menemukan Vita specifically (agak geli but this is true). Turns out, I love them so much. So much. Bless their heart, I wish them success.
Luar biasanya lagi, alhamdulillah aku menang, I snapped Honorable Mentions di sana dan Vita juga menang. Pas aku diumumin menang aku senyum alhamdulillah, pas Vita diumumin menang aku malah nangis bombay. I love them, we had great time in Singapore too.

Okay, my second year was started with pain, but ended happily.
I felt so fullfiled, aku bahagia, Aku sayang sama Allah terimakasih yaAllah.

Air mata - air mata yang jatuh terbayar sudah sama waktu yang aku habiskan sama keluarga SMUN ku, dan prestasi honorable mentions ini.


THIRD YEAR

Tahun ketiga dimulai dari liburan masuk semester empat. Aku tau aku gak akan berhenti setelah SMUN, itu belum cukup dan kebaikan Allah masih luas untuk aku mengemis, mengiba, memintaNya.

Aku step up my MUN game, kali ini daftar WorldMUN, dan alhamdulillah diterima sebagai delegasinya. Aku lomba di Java MUN dan pertama kalinya menyabet gelar Best Delegate, alhamdulillah.

Suatu hari aku ngeliat di instagram ad tentang ke China fully funded, dan penutupannya hari itu juga. I felt like this is a calling, dan aku daftar. Di suruh bikin video introduction, aku bikin. Semua aku ketahui, aku bikin, dan kumpulin dalam sehari. Setelah itu aku diumumin aku lolos seleksi administrasi, dan aku diundang seleksi langsung.
Dua hari kemudian aku dateng ke Dispora Jakarta untuk di seleksi. Seleksi pertama adalah on-the-spot essay writing. Alhamdulillah karena biasa nulis position paper untuk MUN, aku cukup mudah melakukan ini. Kedua, adalah FGD, nah ini nih, INI NIH.

Sebelum FGD, kita dikelompokkin kan. Terus di bawa ke satu ruangan. Di sana, kita kenalan satu sama lain and people started to brag on what they do.

Sampai saatnya aku kenalan, aku bilang aku dari HI UI,
lalu ada seorang cowok yang bilang

"hah beneran lo anak UI? Wah, kagak percaya gue"

wwwwwwffffffffff....... ANEH BGT!


Tapi turns out dia lucu bgt sih. Satu jokes dia yang aku inget,

"heeeee jangan macem-macem sama gue, gue mantan anak pesantren nanti gue doain lo!" IDK why but it was funny to me.

Lalu FGD berjalan, I did pretty well, and this guy I guess did quite well too, he spoke up pretty good too.

Setelah FGD, cowok ini ngintilin aku ke mana-mana. Dia ngajak aku ngobrol and said how he was so impressed by me. Kita makan bareng sama temen-temen lain juga, dan telalu jelas dia ngeliatin aku. Long story short, sekarang kita udah setahun lebih pacaran hehe. Weird but he is a thing I never knew I needed. My fluff ball of happiness yang selalu ceria kecuali kalo pusing habis banyak kerjaan. Si dia yang selalu cekokin aku matcha latte setiap aku sedih dan nangis (katanya minuman enak akan melupakan kesedihan kita), yang selalu senyum girang dengan giginya yang super rapih dan pipinya yang kemerahan. Dia yang rambut halusnya cepet banget panjang, dan gak mau ke barber shop tanpa aku. Dia yang aku sayang. Eh kok jadi blog cinta-cintaan? Next.


Lanjut ke cerita utama,
alhamdulillah aku keterima seleksi China, and yeah, aku berangkat ke China gratis dan dikasih uang saku sekitar 5 juta rupiah. It was amazing, China emang menjadi salah satu bucket list aku karena aku kagum sama pembangunannya. Aku juga sempet nyabet Best Delegate lagi di Indonesia MUN, yang lombanya dua minggu sepulang dari China. Alhamdulillah.

Semester 4 ditutup dengan indah oleh China, Best Delegate IMUN, dan oleh Zaki, nama pacar aku sekarang yang di bulan Desember tahun itu di tanggal 12 (hari ulang tahun aku, katanya biar gampang diinget -_-) membuat hubungin kita resmi.

Semester enam di mulai.

Saat ini, aku udah masuk bulan ke delapan dari delegasi WorldMUN. Waktunya siap-siap berangkat.

Yaa kuasa Allah, visa aku ditolak dua kali dan saat itu uang 5 juta dari Dispora sbg uang saku ke China udah habis aku beliin tiket promo. It was not right, I just knew it was not. Aku berantem sama bunda soal ini, aku nangis karena visa ditolak, sampai pada akhirnya aku pun gak berangkat lomba ke Madrid setelah 8 bulan latihan.

Aku sedih, tapi ikhlas.
Alhamdulillah di tengah tengah kesedihan itu, aku masih berani daftar Mahasiswa Berprestasi FISIP dan menang juara III, how Allah is so good to me.

Lalu di akhir semester enam,
aku tau ini saatnya aku move on dari dunia MUN,
udah cukup amunisi yang aku persiapin, udah cukup bekal yang aku ambil dengan perjuangan hidup aku.

Mulailah aku daftar daftar magang, ada beberapa keinginan aku saat itu:

1. Boston Consulting Group (BCG), sebuah perusahaan konsultan yang prestisius tempatnya orang orang pintar, dan gaji anak magang yang hampir 10 juta mashaAllah. Tapi aku pikir kyknya ini impossible.

2. Gojek, start up unicorn Indonesia yang aku pikir keren bgt

3. Tokopedia. Start up unicorn yang katanya budaya kerjanya asik bgt.

Saat proses mencari-cari magang, ada beberapa perusahaan yang manggil aku, Ruang Guru, Shopee, Tokopedia, dan apa ya satu lagi, oiya pegi-pegi. Yang aku seriusin bgt itu Tokped pada akhirnya. Namun saat interview aku merasa kurang cocok sm kerjaannya lalu aku mundur. MashaAllah, dia manggil lagi dan nawarin aku posisi yang aku inginin. Aku bilang boleh, tapi mereka bakal proses dulu.

Selama nunggu proses tokped ini,
aku DITELFON BCG dan katanya mereka mau interview call aku!
Udah kayak mimpi ditelpon BCG. Akhirnya aku interview dan ITU SUSAH BGT abis itu aku langsung pingsan (read: ketiduran) saking stress nya. Pas aku bangun aku dapet email, AKU DITERIMA! MasyaAllah, gila, gue kerja di BCG.

Long story short, sampai saat ini aku masih di BCG,
alhamdulillah aku udah mandiri secara keuangan dari orang tua aku,
dan bisa bayar kuliah pake gaji sendiri. Grace of Allah!

Dan aku sudah cukup set my heart bahwa I love this place, this place makes me grow, dan aku berdoa semoga dengan izin, kebaikan, rahmat, dan kasih sayang Allah, tahun depan aku udah officially kerja jadi full time di sana. Mohon doa restunya temen-temen, di blog ini dulu aku mewujudkan mimpi aku masuk HI UI, di blog ini juga bismillah aku mewujudkan mimpi aku sebagai seorang konsultan.

Yaa Allah, mudahkan perjuangan hambaMu,
memang sulit ini bagi hamba,
namun mudah bagi kebesaranMu.


Semoga aku bisa ngerekam jejak perjuangan aku lagi di blog ini, seperti apa yang aku lakuin dulu pas mau masuk HI UI. Bismillahi tawakkaltu Alallah, laa hawla wala quwwata illa billah.

Anak HI kok jadi konsultan?

Iya, anak HI yang ini udah kebanyakan MUN dan pengen beneran ngasih solusi yang diterapkan di dunia nyata, bukan sekedar boong-boongan doang. Bismillah ya Allah, walaupun kerja sambil kuliah capek bgt, tapi aku yakin bahwa lelahku adalah pengguguran dosa dari Mu.

Aaamiin.

Jakarta, 29 September 2019.

Ditulis di rumah, sambil sarapan omelette.

Dengan cintaku pada Tuhanku,
Sasqia.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Motivational Story!! by ardelia-putri.blogspot.com: Menuju Ilmu Komunikasi UI (Part 2/2)

Lanjutin part sebelumnya ya! Sekarang gue pengen ngasih tau gimana ceritanya setelah gue tau apa yang gue mau: Ilmu Komunikasi UI. Gue gak sadar kalo ternyata ibarat novel, saat ini dan kedepanlah yang menjadi inti ceritanya. Sementara part sebelumnya, yang bagi gue udah cukup dipenuhi segala baper dan patah hati *wedee*, ternyata cuman seperti prequel. Saat liburan kenaikan kelas 3, sama seperti anak-anak lainnya gue daftar bimbel. Ada 2 bimbel yang gue paling sering denger diomongin orang-orang: Inten dan BTA (ga sama sekali berarti bimbel diluar itu jelek, semua bimbel punya nilai plus minusnya masing-masing. Tergantung muridnya sendiri mau memanfaatkan segala sarana yang udah ada atau ngga.) Dan ga jauh dari SMA 28, kedua bimbel itu ada dengan jarak yang berdekatan. Maka dari itu, suatu hari minggu gue dan nyokap pergi kesana untuk liat dan nanya-nanya. Kita datengin inten lebih dulu, karena lebih sesuai arah. Pas baru dateng,  buset , gue pikir. Tempatnya sereeem bener. Waktu itu

SNMPTN Undangan: Universitas Indonesia - Ilmu Hubungan Internasional (Part 2: Mitos SNMPTN and questions answered)

SNMPTN to HI-UI Alhamdulillahirobbil'alamiin, segala pujian tercurah pada Rabb Mahacinta Allah SWT, Karena ini bukan cerita tentang perjuangan dan usaha saya, Ini bukan cerita tentang betapa kerasnya belajar saya, Tapi betapa Mahasayangnya Allah kepada butiran jas-jus macam saya ini yang diberinya sepasang sayap untuk terbang meraih mimpi HERE WE GO 1. Kak, kak, kalo mau undangan nilai sama rankingnya harus naik terus ya? 2. Kak, kak, kalo mau undangan harus punya banyak sertifikat ya? 3. Kak, kak, kalo mau undangan ke HI-UI harus bisa bahasa Inggris ya? 4. Kak, kak, kakak mau masuk HI pasti mau jadi diplomat? 5. Kak, kak, kakak daftar PPKB UI gak? 1. Dek, dek, jujur aja nilai dan ranking aku fluktuatif.  Nilai yang diambil untuk diseleksi masuk kuota SNMPTN adalah rata-rata semua mata pelajaran dari semester tiga sampai semester lima, yang diranking sejumlah angkatan. Jadi: jumlah  x̄ smst  3 +  x̄ smst 4  +  x̄ smst 5  dibagi 3 terus dirank

How to Organize: your Binder

Assalamualaikum Warohmatullah, Kali ini saya akan bagi-bagi tips lagi tentang hal yang berhubungan dengan dunia pendidikan dan persekolahan yang alhamdulillah sudah saya rasakan manfaatnya tersendiri, dan saya ingin orang lain juga bisa merasakan manfaat yang sama Yaitu... Bagaimana cara saya mengorganisir (menata) binder saya Walau selama kelas 10 dan 11 saya pakai buku tulis biasa, Kelas 12 ini saya memutuskan pakai binder, Alasan saya yang pertama , biar bisa disusun sesuai kebutuhan kita Yang kedua , biar praktis , karena semua catatan ada di satu tempat, ga berceceran Yang ketiga , skeptis saya yang berfikir "Kalau pake binder kertasnya, tipis, saya kan sukanya pake pulpen gel, nanti tembus" ternyata terbantahkan . Asal beli kertasnya yang merk lumayan lah macam Kenko, ga akan nembus. Jadi saya memutuskan pakai binder tahun ini. And alhamdulillah everything is going so well:) Awalnya saya kesulitan mencatat di binder, Tadinya cara saya nulis, saya bagi 2