Assalamualaikum teman-teman, gimana Ramadhannya?
Semoga Ramadhan kali ini menjadi titik balik perubahan kita semua yaa.
Ramadhan kali ini menjadi momen pribadi gue untuk "memperbaikin dan memantaskan diri" untuk sebuah jiwa di sana yang dari zaman ruh gue masih melayang, namanya udah tertulis di sebelah nama gue. Semoga kalian juga yaa, let's give the best version of ourself for the one we (will) love.
So, kali ini gue mau posting sebuah puisi yang udah nyangkut di hati gue sejak beberapa tahun lalu. Puisinya terlalu indah untuk tidak disebar luaskan. Kata-katanya jujur dan terasa bersih, nyampe bgt di hati ini. Ga mengandung unsur janji-janjian atau gombal-gombalan, tapi sangat indah secara pemilihan kalimat demi kalimatnya. Aduh, gue bukan poem reviewer, so gue kasih aja ya puisinya. Semoga hati kalian tersentuh seperti gue yang sampe detik ini masih monang ngebacanya.
Bismillahirrohmanirrohim...
Bidadariku
mas kawin untuk bidadariku
adalah sekuntum bunga melati yang aku petik
dari sujud sembahyangku setiap hari
buah cintaku dengan bidadariku
adalah lahirnya sejuta generasi teladan
yang menggendong tempayan-tampayan kemanfaatan
bagi manusia dan kemanusiaan
pada setiap tempat, pada setiap zaman
mereka lahir demi kesetiaan sebuah pengabdian
dalam abad-abad yang susah,
abad-abad tidak mengenal Tuhan
abad-abad hilang naluri kemanusiaan
abad-abad berkuasa rezim-rezim kemungkaran
dan mereka tetap kekar dan setia
membela kebenaran dan keadilan
estafet perjuangan kami berkelanjutan
sambung-menyambung pada setiap generasi
tak berpenghabisan
terus bergerak
mengaliri ladang-ladang peradaban
seperti cintaku pada bidadariku
yang terus tumbuh semakin subur dari hari ke hari
laksana kalimat-kalimat suci
di hati para salehin
di hati para nabi...
adalah sekuntum bunga melati yang aku petik
dari sujud sembahyangku setiap hari
buah cintaku dengan bidadariku
adalah lahirnya sejuta generasi teladan
yang menggendong tempayan-tampayan kemanfaatan
bagi manusia dan kemanusiaan
pada setiap tempat, pada setiap zaman
mereka lahir demi kesetiaan sebuah pengabdian
dalam abad-abad yang susah,
abad-abad tidak mengenal Tuhan
abad-abad hilang naluri kemanusiaan
abad-abad berkuasa rezim-rezim kemungkaran
dan mereka tetap kekar dan setia
membela kebenaran dan keadilan
estafet perjuangan kami berkelanjutan
sambung-menyambung pada setiap generasi
tak berpenghabisan
terus bergerak
mengaliri ladang-ladang peradaban
seperti cintaku pada bidadariku
yang terus tumbuh semakin subur dari hari ke hari
laksana kalimat-kalimat suci
di hati para salehin
di hati para nabi...
So how was it?
Did you guys cry?
Aduh kayaknya gue bakal nangis bombay kalo dibacain puisi ini sama future hubby, sayangnya ini ciptaan orang lain bukan ciptaanmu, honey babe. So please make one you originally produce for only me, will you?
#ngomongsendiri
#ngenes
May Allah grant us with a beautiful blessful love story. Aamiin
Komentar
Posting Komentar