Jika ia hanya sebuah titik
Ledakkan saja, ia akan menjadi garis
Jika garis masih tak berarti bagimu,
Kau boleh tunggu ia mengembang
Ia akan menjadi sebuah bidang,
Masih kau tak suka juga,
Ambil beberapa, bidang akan menjadi ruang
Ruang yang teraba, ruang yang nyata
Entah pirang, hitam, merah membalutnya
Isi di yang didalamnya akan selalu berbeda
Luas sempitnya tak sama
Relatif
Kadang berusaha lebih baik daripada berdiam saja
Tapi kadang yang diam saja yang lebih bijak
Luas sempitnya tak sama
Sekali lagi, relatif
Satu ia adalah titik
Dua, ia garis
Tiga, ia bidang
Empat, itulah yang kau sebut ruang
Namun bagaimana dengan yang
ke lima?
Lima yang belum -atau tak mungkin- tak tertaklukan
Jangan pelit,
Bolehkah aku minta dua detik untuk kembali?
Bukan untukku,
Namun untuknya yang mati tersandung agar mampu melihat batu itu
Atau untuknya yang mati tertimpa agar diberi kesempatan
bepindah tempat
Mereka mungkin masih hidup sekarang
Oh, tidak, bukan masih hidup
Lebih tepatnya masih bisa bermimpi
Maafkan aku yang berani berkata
Bahwa kita yang hiduplah yang masih belum bangun
Karena raga kita di sana masih dipasangi alat-alat canggih
yang aku tak mengerti
Yang membuat kita terus tidur dan menjalani mimpi
Ah, mimpi yang terlalu indah, sampai terasa terlalu nyata
Lalu sampailah saat alat-alat canggih itu dicabut
Barulah aku terbangun
Ternyata sudah banyak yang menungguiku
Menanyakanku apa yang kulakukan selama aku bermimpi
Sempat berfikir untuk berbohong,
Namun di depanku ada layar besar yang memutar setiap detik
mimpiku
Ternyata mereka tahu semuanya, mereka memantau dan mencatat
semuanya
Kadang manusia amat sombong
Kepala sebesar kelapa saja merasa mampu menaklukan ruang raya
Lalu sekarang mereka berusaha menaklukan sang waktu
Aku hanya bisa berkata
Waktu takkan berada dalam genggaman tanganmu
Karena mereka yang memasang alat pada ragaku
Yang menjaga tidur nyataku
Yang memantau tiap detik mimpiku
Merekalah, yang menguasai waktu
...................................................................................................................................................................
END :)
CHEESY YAAA HAHAHAHAHAHAHAAHAHHAHAHAH
Aduh bikin puisi itu bukan gue banget sebenarnya,
namun ini tugas Uprak B.Indo so yeah sekalian seriusin aja
Bait pertama menjelaskan tentang dimensi ruang angkasa yang terinspirasi dari The Big Bang Theory, ledakan masa tunggal yang menjadi alam raya
Aduh bikin puisi itu bukan gue banget sebenarnya,
namun ini tugas Uprak B.Indo so yeah sekalian seriusin aja
Bait pertama menjelaskan tentang dimensi ruang angkasa yang terinspirasi dari The Big Bang Theory, ledakan masa tunggal yang menjadi alam raya
Bait kedua menjelaskan tentang isi kepala manusia
Bait selanjutnya adalah pandanganku terhadap hidup
Aku banyak terinspirasi sama Teori Relativitas yang banyak tertulis juga di dalam Alquran
"Mereka" di sini adalah Allah dan para malaikat-Nya
Bisa disimpulkan, Nafla Sasqia Putri adalah pihak yang sampai saat ini tidak percaya jika manusia akan bisa menguasai dimensi ke lima, dimensi waktu
Karena dimensi yang di atas dimensi empat sudah milik Allah
Wallahu a'lam bis shawab
nb: Thanks to my friend, Fale, yang lewat obrolan kita semalem, gue berhasil bikin puisi ini, Le.. Yeay
Komentar
Posting Komentar